Sewaktu di toko buku, aku menemukan sebuah judul buku yang
menarik. The Outsider. Dalam keseharian Outsider bukan kata yang kurang
familiar buatku, semua ini bermuara dari grup band Superman Is Dead (SID) yang
sangat terkenal disini. SID menamai fans mereka dengan nama ini, Outsider, secara
umum (secara khusus mereka menamai fans perempuannya dengan sebutan Lady Rose).
Semula ketika menemukan buku ini aku mengira ada kaitannya dengan band SID,
tapi ternyata sama sekali tidak ada. Pengarangnya bernama Albert Camus. Aku
beberapa kali sempat membaca nama ini dari twit beberapa akun twitter, yang aku
golongkan mereka termasuk sophisticated, yang aku ikuti. Albert Camus ini ternyata
adalah seorang pemenang hadiah nobel di bidang sastra tahun 1957. Aku cukup
penasaran dengan buku ini, terlebih dengan karya dari seorang pemenang nobel,
kurang apalagi sih indikator buku ini
untuk sangat sayang untuk tidak dibaca? Aku pun membeli buku ini.
Dari judulnya, The Outsider (terjemahan disampulnya: Sang
pemberontak, bahasa sederhanaku sendiri: seorang yang diluar kebiasaan umum),
aku mulai mengira-ngira akan isinya. Apa yang menjadi pertentang dalam cerita
buku ini, hal apa yang dilakukan si tokoh yang diluar kebiasaaan umum/tidak
sejalan norma.
Tuan Meursault (tokoh utama dalam buku ini) tidak menangis
ketika ibunya meninggal, ia cenderung menganggap itu hal yang wajar. Sehari
setelah pemakaman ibunya, Tuan Meursault berkencan dengan teman wanitanya.
Seolah-olah ia tidak dalam suasana duka karena baru saja kehilangan orang yang
melahirkannya. Untuk Tuan Meursault, semua hal sangat masuk akal baginya. Namun
ternyata tidak dengan pandangan orang lain kepadanya.
Suatu ketika Tuan Meursault menolong seorang yang baru
dikenalnya. Menolong bukan untuk mengurangi beban orang tersebut, tapi menolong
untuk membalaskan dendam. Raymond, nama orang itu. Raymond meminta Tuan Meursault
menuliskan surat pancingan untuk ‘wanita piaraannya’ agak ia kembali dan
meminta maaf. Tuan Meursault bukannya tidak mempertimbangkan, tapi dengan
alasan Raymond telah berbuat baik kepadanya, memberinya makan malam, ia
kerjakan saja permintaan Raymond. Surat jadi. Tak lama, rencana balas Raymond
pun terlaksana. Tuan Meursault pada saat itu kebetulan juga ada disana menyaksikannya.
Meskipun berurusan dengan polisi akhirnya, namun itu tidak panjang. Dan
kemudian, Tuan Meursault dan Raymond menjadi sahabat baik.
Raymond pun suatu ketika mengajak Tuan Meursault menginap di
chalet (terj. villa kecil) pinggir pantai milik temannya. Mereka berangkat
naik bus bertiga. Raymond, Tuan Meursault, dan Marrie (kekasih tuan Meursault).
Tapi ternyata, beberapa orang membuntuti mereka. Sesampai di chalet mereka segera akrab dengan sang
pemilik, Masson dan istrinya. Ketika sehabis makan siang, Raymond, Tuan Meursault,
dan Masson berjalan di pantai karena suruhan para wanita yang akan merapikan
sisa-sisa makan siang. Datanglah tiga orang arab pada mereka. Orang-orang ini
adalah yang membuntuti mereka di perjalanan. Kenapa orang-orang ini membuntuti
mereka? Ini adalah imbas dari aksi balas dendam Raymond pada ‘wanita
piaraannya’. Orang-orang Arab ini masih ada hubungan saudara dengan wanita
tersebut.
Mereka berkelahi. Tiga lawan tiga. Tapi Tuan Meursault cs
kalah melawan para Arab yang ternyata membawa pisau. Raymond terluka terkena
pisau, tapi untungnya para Arab langsung pergi setelah itu.
Raymond dibawa berobat oleh Masson, segera setelah kembali
ke chalet Raymond mengambil pistol
dan pergi mencari para Arab tersebut. Dasar seorang temperamen, ia tak akan
puas sebelum bisa balas dendam. Tuan Meursault berhasil mengejar Raymond, tepat
ketika mereka kembali bertemu dengan para Arab. Tuan Meursault berhasil
menyelamatkan para Arab yang sudah tidak berkutik melihat Raymond memegang
pistol. Tuan Meursault berhasil membujuk Raymond untuk memberikan pistol itu
padanya. Mereka pun pulang ke chalet.
Sesampai di chalet,
Tuan Meursault berpikir untuk kembali menemui para Arab tadi untuk berbicara
tentang masalah mereka. Sendirian ia kembali pada para Arab. Ternyata yang
didapati juga hanya tinggal seorang Arab yang berbaring disana berjemur. Mereka
berpandangan. Arab tersebut sepertinya tidak nyaman dengan kembalinya musuhnya.
Ia menggertak. Tuan Meursault masih memegang pistol Raymond. Terpojok dan ia menembak.
Arab itu mati dengan sekali tembakan. Lepas tembakan pertama, Tuan Meursault
memikirkan sesuatu. Ia pun tidak sadar kemudian melepaskan tiga lagi tembakan
ke badan yang telah tak bernyawa.
Tembakan-tembakannya sukses mengirim Tuan Mersault ke penjara.
Kemudian drama pun dimulai di persidangannya. Ketika persidangan, Tuan Mersault
adalah pusat atensi semua orang. Mereka
yang datang ada untuk menyaksikan persidangannya, bersaksi atas
tindakkannya, membelanya, mendakwanya, menjaga persidangannya, memutuskan
kasusnya, atau sekedar menunjukkan pada tuan Meursault bahwa ketika ia
mengalami masalah mereka ada untuknya.
Sejenak Tuan Meursault bisa-bisanya merasa lega dengan semua
perhatian yang ia dapatkan dengan cara tidak biasa tersebut. Tapi lama-lama energinya
terkuras juga memikirkan bagaimana orang-orang di hidupnya memberikan
pandangan/penilaian terhadap dirinya. Tuan Meursault seolah-olah menyaksikan
kehidupannya dikuliti.
Ia yang tak seperti orang kebanyakan, ia yang tak menangis
di pemakaman ibunya.
Ia yang tak seperti kebanyakan, ia yang berkencan pada saat
seharusnya masih berduka.
Ia yang tak seperti kebanyakan, ia yang menolong orang
berbuat hal yang tak baik.
Dan selanjutnya, dan selanjutnya...
Akhirnya, Tuan Meursault akan bertemu guillotine.
Dunia yang menghakiminya tidak lagi bersedia menerima orang yang berbeda
sepertinya. Tuan Meursault akan dikirim ke kematian. Namun Tuan Mersault tidak
menyesal itu, dalam hatinya ia tetap bahagia. Bukan karena bisa membunuh orang.
Tapi karena ia menjadi dirinya, meyakini kebenaran yang dianutnya walau harus
berhadapan dengan maut.
***
Menarik pelatuk adalah sebuah gerakan sederhana. Hanya
menggerakkan sebuah jari telunjuk. Namun sebuah gerakan telunjuk bisa sangat
berbahaya, tergantung apa yang kamu pegang, dan kemana arahnya. Jangan lupa
emosimu. Tuan Mersault telah mencontohkan pada kita, bahkan dengan sebuah
gerakan sederhana bisa membawa kita pada penghakiman orang-orang. Kita tidak
pernah tahu apa yang orang lain pikirkan tentang kita, maka berhati-hatilah.
Dan inilah apa yang sang pengarang, Albert Camus, pesankan
pada anda melalui ceritanya:
“Setiap manusia pada akhirnya harus bertanggung jawab akan
segala keputusan dan pilihannya.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar