Selasa, 18 Juni 2019

Choose The Unfavorable

Misalkan kita sedang diet tidak minum kopi. Tapi suatu kondisi kita berada di warung kopi. Kita jadi tergoda untuk membeli kopi. Tergoda.

Kita akan merasakan dilema. Beli kopi atau tidak ya.

Beli, atau Tidak.

Beli, atau Tidak

Beli, atau Tida

Beli, atau Tid

Beli, atau Ti

Beli, atau T

Beli, atau

Ya... ujung-ujungnya beli (the favorable choice). Karena memang sulit bertahan dari godaan.

Sebenarnya dari awal kita mempertimbangkan alasannya sudah jelas. Kita membuat pertimbangan karena kita ingin minum kopi lagi. tetapi dihalangi oleh kode moral kita sendiri tentang komitmen diet minum kopi.

Jika kondisi dilematis ini muncul, sebenarnya pilihan yang paling tepat adalah tidak minum kopi (the unfavorable choice), karena pertimbangan ini tidak akan muncul jika kita memang BUTUH minum kopi.

Kita akan langsung menuju sasaran, tanpa banyak internal drama dengan diri sendiri yang hanya membuang-buang waktu (terlepas dari apapun pilihan yang akhirnya diambil).

THAT'S EFFICIENCY!!!

Ilustrasi minum kopi diatas adalah salah satu dari sekian banyak hal yang mungkin terjadi dalam hidup kita masing-masing. Prinsipnya, efisiensi sejak dari dalam pikiran sendiri itu penting. Kita tidak boleh menghambur-hamburkan sumber daya yang kita miliki, meskipun itu hanya pikiran kita sendiri. Ingat, waktu kita di dunia ini terbatas dan mahal. Ada banyak hal lain yang bisa kita kerjakan jika kita rapi dan efisien mengelola alam pikir.

Dan terakhir, kopi diatas hanyalah sebuah contoh, jangan sensitif & pendek pikir menyimpulkan saya benci kopi. No I'm not :)


Senin, 03 Juni 2019

'Zombie'

Di dunia ini, ada orang yang statusnya hidup segan mati tak mau.

Orangnya hidup, tapi jika diperhatikan dengan seksama tidak ada gairah kehidupan sama sekali padanya. Bahkan meskipun masih dalam usia produktif.

Kehidupan sehari-hari dijalani dengan apa adanya sebagai rutinitas. Tidak ada inovasi, tidak ada motivasi, tidak mau mencoba tantangan. Datar, tanpa denyut.

Sigmund Freud (1856-1939) berteori bahwa Eros adalah insting untuk hidup, sedangkan Thanatos adalah insting untuk mati. 

Orang-orang yang instingnya berada tepat di tengah-tengah Eros-Thanatos adalah orang-orang yang unik. Mekanisme sosial tidak cocok untuk orang seperti itu.